Sejarah Desa

Sejarah Desa

Menurut sumber cerita dari para sesepuh desa Gunungpanti, nama Desa Gunungpanti berasal dari kata Gunung dan Panti. Gunung artinya Gunung’ sedangkan Panti artinya ‘Tempat’. Dulu terdapat banyak gunung-gunung kecil sehingga disebut desa Gunungpanti artinya Tempat Gunung.

Konon katanya pernah terjadi perang saudara di Majapahit, banyak keluarga majapahit yang melarikan diri termasuk danyang Gunungpanti yaitu lima bersaudara yang terdiri dari satu orang laki-laki dan empat perempuan. Danyang laki-laki bertempat di Desa Godo, 3 Danyang perempuan bertempat di Desa Gunungpanti, 1 Danyang perempuan bertempat di Desa Karangwono. Adapun 3 Danyang yang bertempat di Desa Gunungpanti bernama Mbah Putri, yang kedua yaitu Mbah Lani Jinten Ireng, dan yang ketiga yaitu Mbah Ratih. Tiga orang inilah yang menjadi cikal bakal atau danyang desa Gunungpanti. Mbah putri dan Mbah Lani Jinten Ireng dimakamkan di desa gunungpanti yaitu sebagai punden desa tepatnya di pasar Gunungpanti yang terdapat pohon asam. Nama Mbah Putri juga dijadikan sebagai nama salah satu jalan di desa Gunungpanti yaitu Jalan Kaputren. Sedangkan Mbah Ratih dimakamkan di Tegal Bale tepatnya di daerah yang bernama Brateh. Brateh berasal dari nama ‘Mbah Ratih’ sehingga disebut dengan ‘Brateh’. Sampai sekarang, ditempat-tempat tersebut digunakan untuk tempat hajatan seperti acara sedekah bumi.

Menurut cerita rakyat yang beredar ketika ada acara pernikahan, pasangan pengantin tersebut dianjurkan untuk memutari punden atau pohon asam yang berada di pasar. Hal ini bertujuan untuk meminta izin atau mengucapkan ‘permisi’ terhadap sesepuh desa Gunungpanti.

Selain itu terdapat satu makam lagi yang dijadikan punden desa Gunungpanti yaitu makam Mbah Tuan. Nama asli dari Mbah Tuan adalah Sayyid Umar, beliau berasal dari Juwana dan termasuk salah satu santri dari Tuban. Zaman dahulu bila kemarau panjang tiba, punden tersebut digunakan sebagai tempat berdoa untuk meminta hujan kepada Tuhan dengan tradisi memandikan modinnya dengan dawet. Warga membuat dawet, kemudian dikumpulkan untuk memandikan modinnya.